Senin, 17 Mei 2010

TAMAN BUNGA NUSANTARA

TAMAN BUNGA NUSANTARA



Taman Bunga Nusantara (TBN) banyak memiliki beragam koleksi bunga yang indah dan segar, mulai dari tanaman untuk iklim tropis maupun untuk iklim dingin, bahkan tidak hanya bunga yang berasal dari Indonesia, bunga yang berasal dari seluruh dunia pun ada. Selain menyegarkan mata, kita juga akan mendapatkan banyak wawasan baru mengenai bunga.


TBN terletak di Desa Kawung-luwuk Kecamatan Sukaresmi Cipanas-Cianjur, dengan luas lahan 35 hektar, Taman Bunga Nusantara menyajikan keindahan dan pesona bunga serta alam yang tertata apik. Berdiri sejak 15 tahun silam tepatnya pada tanggal 10 September 1995, taman display pertama di Indonesia ini dilengkapi dengan berbagai koleksi tanaman bunga yang terkenal dan unik di seluruh dunia.

Untuk menuju ke TBN, waktu yang bisa ditempuh dari Jakarta lebih kurang 2 sampai 3 jam. Melalui jalan raya puncak, sampai melewati puncak pass, dan belok kiri ke arah Perumahan Kota Bunga. Dari persimpangan ini jaraknya hanya 9 km.

Saat memasuki pintu utama kita langsung disuguhi keindahan tanaman bunga yang dibentuk menyerupai burung merak. Pada ekornya disusun berbagai jenis tanaman bunga beraneka warna, burung merak ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dilihat. Tidak jauh dari burung merak terdapat jam raksasa yang disusun pula dari berbagai jenis tanaman bunga. Jangan dikira jam raksasa ini hanya pajangan belaka ternyata jam ini bergerak dan berdentang setiap jam.

Selain sebagai sarana rekreasi TBN juga dipakai sebagai kebun percobaan dengan berbagai jenis bunga dan tanaman tertentu yang berasal dari daerah subtropis dan negara-negara beriklim dingin di Eropa, Amerika, dan Australia. Ada berbagai macam taman khusus yang ditampilkan di TBN, mulai dari taman air, taman mawar, taman Perancis, taman rahasia (labirynth), taman bali, taman mediterania, taman palem, dan taman gaya Jepang.

Ditunjang pula dengan fasilitas seperti rumah kaca, danau angsa, rafflesia mini theater, gazebo, alam imajinasi, lokasi piknik, amphitheater (panggung terapung) kereta datto, mobil wira-wiri, menara pandang, poliklinik, nany’s galleria dan penunjang lain bagi anda yang ingin mengadakan acara di halaman rumput yang luas. Apabila Anda datang ke Taman Bunga Nusantara, Anda akan memiliki sejuta kenangan akan keindahan keanekaragaman tanaman bunga yang tidak bisa dijumpai di tempat lain.

Jumat, 07 Mei 2010

BACKGROUNDER
SEJARAH KECAP BANGO
Kecap Bango 1928
BANGO itu terbang tinggi. Dari jago lokal, dia menjadi bintang di tingkat nasional. Bermula dari pojok kampung di daerah Benteng, Tangerang, pada 1928, kini sang Bango mudah dijumpai di toko kelontong di hampir seluruh penjuru Indonesia. Delapan puluh satu tahun silam, suami-istri Tjoa Pit Boen (Yunus Kartadinata) dan Tjoa Eng Nio mengawali cikal bakal Kecap Bango di rumah mereka di Benteng. Sayang, jejak awal sudah amat samar. Napak tilas Tempo di kawasan Benteng tak menemukan sarang pertama sang Bango.
”Saya tak pernah tahu ada pabrik Kecap Bango di sini,” kata Jaya Kurnia, 55 tahun, warga Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang. Benar, ada sebuah rumah tua dengan arsitektur bangunan Cina yang dikenal sebagai bekas pabrik kecap di kawasan itu. Namun, ”Bukan Bango, itu pabrik kecap Kepala Kerbau,” kata seorang penduduk. Perjalanan Tempo menelusuri jejak Bango di daerah pecinan, Benteng, juga nihil.
Ketika usaha Yunus Kartadinata berkembang, Bango tak lagi cukup hanya bersarang di rumah. Pabrik pertama Kecap Bango diketahui berada di Jalan Asem Lama (sekarang Jalan Wahid Hasyim), Tanah Abang, Jakarta Pusat, persis di belakang gedung Badan Pengawas Pemilu. Namun kawasan itu sudah berubah menjadi deret an rumah perkantoran. ”Memang, dulu ada pabrik kecap di sini,” kata Hadi, 70 tahun, penduduk Asem Lama, tiga pekan lalu.
Dede, 57 tahun, penduduk setempat, juga membenarkan ada pabrik Kecap Bango di kawasan Tenabang. Lokasinya tak jauh dari Pasar Tanah Abang sekarang. ”Dulu saya tinggal di sebelah pabrik itu,” kata Dede. Dulu dia sering main di seputar pabrik. ”Ada ruang bawah tanah di dalamnya. Tapi enggak tahu buat apa,” ujarnya mengenang.
KERJA keras Yunus Kartadinata tak sia-sia. Kecap Bango tumbuh dan populer di Jawa Barat dan Jakarta. Usahanya berkembang menjadi perseroan terbatas, PT Anugrah Indah Pelangi dan PT Anugrah Damai Pratama. Manajemen dikelola anaknya yang keempat, Eppy Kartadinata, pada 1982. Pabriknya kini menempati area seluas delapan hektare di Desa Wantilan, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
p://sandalnamaku.wordpress.com
Pada akhir 2000, keluarga Kartadinata menerima pinangan Unilever. Produsen kebutuhan rumah tangga asal Inggris ini mengakuisisi merek Bango. Brand Manager Bango, Memoria Dwi Prasita, kepada Tempo pekan lalu mengatakan kualitas produk Kecap Bango sangat bagus. Potensi pasar lokal pun sangat besar. ”Itulah alasan Unilever mengakuisisinya.”
Sayang, tak ada penjelasan mengapa keluarga Kartadinata menjual Bango. Tempo berusaha mendatangi rumah keluarga ini di Jalan Wahid Hasyim, sekitar 500 meter dari pabrik lama Kecap Bango di Asem Lama. Halaman rumah berpagar hitam tinggi ini dipenuhi tanaman perdu yang kering dan tak terawat. Di depan pintu tampak pengumuman: ”Disewakan”. Menurut penduduk sekitar, terakhir rumah ditempati cucu Yunus Kartadinata, yakni Serli Kartadinata.
”Rumah itu jarang ditempati lagi sejak Bango dijual,” ujar Edi, petugas satpam di kantor sebelah rumah. Unilever dan keluarga Kartadinata membentuk perusahaan patungan bernama PT Anugrah Lever. Perusahaan ini memproduksi dan memasarkan kecap, sambal, dan saus bermerek Bango. Unilever menguasai 65 persen saham, sisanya 35 persen dimiliki Anugrah Indah Pelangi dan Anugrah Damai Pratama. Pada 2007, Unilever mengakuisisi sisa saham Bango milik keluarga Kartadinata.
Langkah awal setelah akuisisi, Unilever mengubah tampilan merek, logo, dan kemasan Bango. Dulu mereknya ”Kecap Bango”. Pada 1 Februari 2008, mereknya resmi menjadi ”Bango”. Kemasannya beraroma lebih muda dengan warna-warna segar. Unilever meremajakan Bango, mirip dengan jurus yang digunakan untuk meremajakan kembali Rinso—produk sabun Unilever— yang lifetime mereknya sempat menurun.
Kemasan boleh berubah, pemilik memang berganti, tapi ada satu yang tetap dijaga: rasa. Unilever, kata Memoria, sadar betul kekuatan Bango adalah merek dan kualitas produk. Resep pembuatan Bango tetap dipertahankan sesuai dengan formula asli. ”Bango adalah kecap yang benar-benar kecap,” kata Memoria, mengutip tagline Bango.

Kamis, 06 Mei 2010

Kecap Bango memperkuat merek dengan budaya



' Tidak ada kecap nomor dua, semua nomor satu.' Itulah joke yang ada di masyarakat. Hanya saja, strategi bisnis yang tepatlah yang akan menjadikan sebuah merek kecap benar-benar menjadi nomor satu.

Menyambut 100 tahun Kebangkitan Nasional tahun ini, banyak kegiatan dilakukan dengan mengangkat tema nasionalisme. Tema itu pula yang diangkat Kecap Bango milik PT Unilever Indonesia Tbk saat mengusung Festival Jajanan Bango (FJB) tahun ini yang bertujuan melestarikan makanan tradisional Indonesia.

Apalagi tahun ini juga bersamaan dengan perayaan 80 tahun Bango sebagai merek kecap asli Indonesia, sehingga tema yang diangkat adalah 80 Tahun Bango, Kualitas Sepanjang Masa.

“ Digelarnya FJB menjadi dukungan program Visit Indonesia Year 2008 melalui wisata kuliner karena makanan adalah bagian yang penting dari budaya," ujar Okty Damayanti, Food Managing Director PT Unilever Indonesia Tbk.

Sebagai produk asli Indonesia, Bango seakan menjadi merek dagang yang tidak lepas dari citra masakan Indonesia yang akrab dengan kecap sebagai bumbu pelengkap. Setelah diakuisisi Unilever dari perusahaan terdahulu PT Sakura Aneka Food, Bango menunjukkan kemajuan yang sangat pesat.

Padahal, sebelumnya, kecap yang terakhir dimiliki generasi ketiga keluarga Eppy Kartadinata dan bermukim di kawasan Benteng Tangerang ini hanya dijual di sebuah sudut rumah. Pemasaran kemudian berlanjut hingga mencapai ke toko-toko di sekitar wilayah Tangerang.

Dari sistem penjualan dari mulut ke mulut (word of mouth), Bango dikenal di hampir seluruh penjuru Kota Tangerang, DKI Jakarta, dan sekitarnya. Kualitas dan rasa yang dijaga sejak diperjualbelikan pada 1928 ini menjadikan Bango menjadi salah satu merek kecap terbaik yang ada di Indonesia dan bermutu prima.

Meski sempat mengalami krisis dan beberapa kali jatuh bangun dalammenjalankan bisnis kecap, Bango akhirnya dapat bertahan hingga dipinang Unilever pada 2001.

Kecap Bango berhasil lolos uji FDA (Food & Drug Agency), badan yang mengawasi obat dan makanan di Amerika Serikat. Bango pun mampu merambah pasar hingga ke mancanegara seperti Singapura, Kanada, Australia, dan Eropa serta Amerika Serikat.

Sebagai bahan dasar masakan tradisional, target pasar Bango adalah kalangan ibu rumah tangga dan pedagang masakan tradisional Indonesia. Dengan kekayaan tradisi dan budaya dari Sabang hingga Merauke, banyak sekali masakan Indonesia menggunakan kecap sebagai salah satu bahan bumbu, terutama kecap manis.

Kecap yang terbuat dari kedelai hitam, gula, garam, kelapa, dan air akan menambah kekayaan cita rasa masakan Indonesia. Sejak 1928 Bango tetap konsisten menggunakan kedelai hitam sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan kecap.

FJB yang sudah digelar sejak 2005 seakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Bango yang secara khusus mempopulerkan warisan kuliner Nusantara Indonesia. Tahun ini FJB akan hadir di Surabaya, Jakarta dan Bandung. Sesuai dengan tema pilihannya, FJB akan menghadirkan serba 80, sesuai dengan usia ulang tahun ke-80.

###

Nama: Kurnita Milasari
No.tlpn: 085693911888
Email: nieta.nyitnyit@yahoo.co.id